Drama Korea vs Sinetron Indonesia?

Banner Webinar Drama Korea dalam Perspektif Psikologi

 Waktu pertama kali membaca mission bulan Juni ini tentang perbedaan Drama/Film Korea vs Indonesia aku langsung teringat materi yang pernah kubawakan sendiri di sebuah webinar mengenai Drama Korea dalam Perspektif Psikologi. Pada waktu itu, aku mengawali dengan beberapa hal mengenai Drama Korea yang aku lihat dan rasakan selama 12 tahun terakhir aku menonton Drama Korea. Poin-poin yang aku sampaikan di webinar tersebut menurutku cukup bisa menjawab mengenai pertanyaan "Apa perbedaan Drama Korea vs Sinetron Indonesia?". 

Ada dua poin besar yang menurutku sangat berbeda antara Drama Korea dan Sinetron Indonesia, yaitu produksi dan marketing


1. Produksi

Dari segi produksi, ada beberapa hal yang kurasa perlu di-highlight: 

    - Jumlah episode dan jadwal tayang

    Hal ini bisa dibilang perbedaan yang paling menonjol. Di Drama Korea, jumlah episode dan jadwal tayang sudah direncanakan dengan baik dan matang dimana jumlahnya rata-rata 16-20 saat ini (di tahun-tahun sebelumnya 20-50 episode). Kelebihan dari jumlah episode yang dibatasi ini adalah alur cerita yang lebih terarah, tidak melebar kemana-mana di luar inti dari ceritanya. Bahkan jika episodenya 50 sekalipun seperti misalnya Drama The Best Lee Sun Shin, pengembangan karakter dan alur cerita masih bisa terjaga dengan baik. Selain itu, jadwal tayang yang dibatasi 1-2 episode per minggunya membuat kualitas setiap episodenya memiliki persiapan lebih matang. Hal yang paling terasa menurutku adalah bagaimana setiap scene diulang beberapa kali untuk mendapatkan angle kamera dari sudut yang berbeda layaknya sebuah film, sementara ini hanya drama. 

    Berbeda dengan Sinetron Indonesia, jumlah episode untuk satu judul bisa mencapai ratusan bahkan ribuan dan tayang setiap hari. Akibat dari hal ini, alur cerita sering sekali melebar dan penambahan tokoh sering sekali dilakukan hingga kita lupa inti cerita dari tayangan ini apa. Jadwal yang kejar tayang pun membuat setiap episodenya digarap dengan kualitas standar, baik dari segi editing dan pengambilan gambar. 

Slide di Webinar Drama Korea dalam Perspektif Psikologi

    - Aktor dan aktris yang terlatih

    Ini lah salah satu hal yang bikin aku terkagum-kagum dengan aktor dan aktris Drama Korea. Selain telah melalui periode training di agency masing-masing, keseriusan mereka dalam menyiapkan suatu peran pun perlu diacungi jempol. Misalnya beberapa aktor yang aku sebutkan di atas seperti Kim Soo Hyun yang benar-benar bertemu dengan care giver untuk dapat belajar bagaimana rasanya menjadi seseorang yang merawat orang dengan autisme, lalu Park Shinhye yang belajar Gayageum untuk perannya di Heartstrings, dan juga Ha Ji Won yang mempelajari anatomi organ manusia hingga teknik menjahit (setelah operasi) agar lebih bisa mendalami perannya sebagai dokter di Hospital Ship. Persiapan yang mereka lakukan memakan waktu bulanan hingga akhirnya siap untuk syuting sebuah drama. 

    Sementara untuk aktor dan aktris Sinetron Indonesia, mereka mungkin sudah melalui training akting dalam periode waktu tertentu. Akan tetapi, jika mendapatkan peran yang lebih spesifik misalnya seperti menjadi dokter atau musisi, detail-detail yang seharusnya disiapkan agar terlihat lebih natural saat syuting sering terlupakan. 

    - Karakter dan tokoh yang relevan dengan kita

    Di Drama Korea, walaupun ada tokoh antagonis dan protagonis, tetapi tetap ditunjukan seperti manusia pada umumnya dimana tidak ada manusia yang 100% baik dan tidak ada yang 100% jahat. Yang ada hanyalah kecenderungan tindakan yang mereka lakukan sebagian besar lebih condong ke arah yang mana. Selain itu, motif dari setiap tindakan yang dilakukan biasanya dijelaskan bahwa ada pengalaman sebelumnya yang menyebabkannya. Karena hal-hal tersebutlah, kita bisa merasa "dekat" dengan karakter-karakter yang ditampilkan di Drama Korea dan kita bisa banyak belajar dari sana. 

Sementara untuk sinetron, sering sekali karakter yang ditunjukan jahat sekali ataupun baik sekali sampai di titik kita sendiri kadang kurang percaya apakah benar ada orang yang seperti itu?

    - Visual yang baik

    Visual yang dimaksud disini adalah tidak hanya pengambilan kamera terhadap aktor yang baik tetapi juga makanan sehingga terlihat enak dan tempat yang terlihat indah. Tidak heran saat ini makanan Korea sudah menembus pasar dunia terutama Indonesia. Bahkan ada Festival khusus K-Food di Jakarta yang sudah beberapa kali dilaksanakan sebelum pandemi. Tidak bisa dipungkiri juga bahwa pemandangan yang indah dari Korea yang sering ditunjukkan di drama menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara. Hal ini bisa terjadi mungkin juga karena memang adanya keterlibatan pemerintah khususnya Korea Tourism Organization dan Kementerian Budaya, Olahraga, dan Turisme (MCST) yang terlihat sering sekali mendukung suatu drama dimana terlihat logo dari dua lembaga ini di credit title sebuah drama. 

    Sayang sekali hal seperti ini tidak terlalu tampak di sinetron tanah air. Padahal Indonesia memiliki berbagai macam makanan yang enak dan juga tempat-tempat yang indah. 

    - Good OSTs

    Salah satu favoritku dari Drama Korea adalah lagu-lagunya yang disiapkan secara matang untuk setiap drama. Tidak jarang aku pun membeli album-album OST Drama Korea yang kurasa bagus-bagus seperti misalnya OST Drama Oh Hae Young Again, Do You Like Brahms, dan The King Eternal Monarch. Karena dipersiapkan khusus hanya untuk sebuah drama, lirik dan musiknya pun menjadi lebih sesuai dengan cerita dan menambah efek emosional bagi penonton. Ada beberapa penyanyi favoritku untuk OST drama misalnya Sung Si Kyung dan K.Will. 

    Sementara itu, sinetron Indonesia biasanya menggunakan sebuah lagu yang sama berulang-ulang bahkan terkadang lintas judul sinetron. Tidak sedikit background music yang aku dengar merupakan lagu pop yang memang sudah terkenal, lalu diintegrasi menjadi backgrund music beberapa scenes. Sehingga, lagu yang diberikan terkadang kurang sesuai dengan jalannya cerita. 

Slide di Webinar Drama Korea dalam Perspektif Psikologi


2. Marketing

    Setelah dibuat dan dikemas dengan baik, yang tidak kalah menarik adalah bagaimana Drama Korea dipasarkan dengan baik. Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, lembaga-lembaga di pemerintahan terlibat langsung untuk beberaa judul Drama Korea. Misalnya Korea Tourism Organization, Korean Cultural Center, KOCCA dan masih banyak lagi yang membuat drama memiliki detail yang menarik sekaligus menjadi media promosi bagi pariwisata dan budaya Korea. Karena keterlibatan lembaga-lembaga ini, drama Korea pun jadi ikut dipasarkan juga. Misalnya saja Drama Goblin yang sempat popular beberapa waktu lalu. KTO membuat panduan tour lokasi syuting Drama Goblin. Disini kita bisa lihat bahwa ada 2 pihak yang diuntungkan yaitu Korea sebagai negara karena dapat menarik wisatawan dan juga Drama Goblin itu sendiri karena orang jadi tertarik untuk menonton.

    Sayangnya, di sinetron Indonesia pengaruh seperti ini belum cukup terlihat dengan baik. Lokasi-lokasi syuting di Indonesia belum terlalu beragam atau diinformasikan dengan baik sehingga penonton pun bisa jadi belum mengetahui tempat-tempat tersebut. 


Sekian perbedaan Drama Korea vs Sinetron Indonesia menurutku. Kira-kira, ada yang masih kurang? 


Kimcheers! :D


Comments